Selasa, 05 Juni 2012
Sebuah cerpen yang sayapun belum tau judulnya:p
Debu berdesiran,asap knalpot,abu dan daun-daun berterbangan. Hari itu cuaca sedang panas-panasnya memanasi bagian timur Jawa. Saya menatap orang-orang tenggelam,dalam imajinasi. Imajinasi sebuah setan yang masih berkeliaran di dunia nyata. Seperti ada kekuatan yang menarik,sebuah kekuatan kuat. Saya seperti terdorong ke dalam pusaran lingkaran yang akhirnya membawa saya ke hadapan dukun jadi-jadian. Hufh,si Dukun Q,tatapan yang menyilaukan berada di dekatnya. Sayapun sebagai setan merasakan hawa jahat berseliweran di auranya. Merinding saya, aura itu terasa nyata. Ia hannya,memanfaatkan kekuatan saya untuk kesenangan duniawi. Betapa,serakahnya dukun ini. Bila saya tidak ingin menjawab pertannyaannya,yamg ia lakukan adalah membual. Mengaku bahwa itu berdasarkan indera ke enamnya. Persetan dengan bualannya. Bukan berarti karena saya makhluk halus saya mengetahui semua hal. Kekuatan yang sebenarnya itu kan hannya kepunnyaan Yang Mahakuasa. Hannya Tuhan yang mengetahui semua misteri di muka bumi. Termasuk mengapa saya masih berdiri tanpa menapak di tanah seperti asap yang bisa menembus ruang namun bukan waktu dengan tatapan nanar dan menyebalkan dengan ketus saya berkata pada dukun edan ini,"Wong edan ono opo awakmu manggil aku, aku ndak bisa nyembuhin keedananmu panggil saja dokter rumah sakit jiwa", kemudian ia membalas tak kalah ketusnya "heh! setan gak tau diuntung,udah ta' urusi kamu,apa balas budi kamu? kurang ajar kamu sing edan" ,"walah wong edan ngatain edan dunia sekarang sudah kewalik ya bapake hahaha" saya tau suara tertawa saya melengkinh,tidak enak didengar dan gigi saya hiyam semua (soal gigi saya,itu karena sudah termakan ratusan tahun. Kemungkinan besar kamu yang baca juga belum lahir:p) "hweh,setan bandel aku mau nannya ke kamu dan kamu harus jawab kalo tidak liatin saja saya akan menyakiti kamu sedikit demi sedikit namun penuh penderitaan" aku hannya membatin dalam hati,dia pikir dia siapa hannya manusia terbuat dari tanah,sebegitu sombongnya hidup juga sebentar lagi akan the end kok lagak seperti jenderal. Dukun saja belagu,bagaimana bila sudah Jenderal. Aku terus mengumpat dalam hati. Kemudian ia memborbardirku dengan pertannyaan yang akpun sebenarnya tidak tahu apa jawabannya "jawab pertannyaanku pasti kamu tau jawabannya,jawab dengan jujur siapa yang mencuri empat ratus sapi dari kampung sebelah dia itu pelannganku,Pak Nano. Aku akan dapat uang bannyak bila tau jawabannya. Mana mungkin aku menghianati kesetiannya dan kepercayaannya". Aku malas rasanya beradu mulut dengan si comel satu ini. Kujawab saja sesuka hatiku. "Orangnya ganteng tapi sederhana" kataku dengan cepat tanpa ba-bi-bu alias basabasi. Kutinggalkan dukun edan itu dengan berbagai pertannyaan yang mungkin berkecamuk di pikirannya. Memang dia bisa dikte setan pinter seperti aku yang hidupun sebelum ia dilahirkan. Aku tenang-tenang saja memang ada di desa ini oramg sesempurna itu,belom dengar aku. Biasanya kalo gamtemg pasti bodoh. Kalo sederhama ya tidak punnya duit hehe. Namun aku kaget tiba-tiba dengan istituisi dan analisis dukun bodoh itu,ia akhirnya menetapkan jawaban kalo yang mencuri dan menjual sapi itu adalah Pak Dede. Laki-laki sedikit sederhana yang berasal dari kota,ia kedesa untuk melakukan penelitian. Dibanding dia masih gantengan anak pak camat yang namanya Randi dia pun jauh lebih sederhana dibanding Pak Dede. Kenapa,dukun Q menambatkan hati dan menuduh ke Pak Dede. Dari tampangnya pun dia tidak menunjukan tampang preman. Dasar dukun edan, bukan salah saya kata ku membatin dalam hati membela diri. Memang saya bilang saya ini akan memberikan jawaban jujur. Manusia,sepeti itu memang kadang harus dikerjain. Beberapa hari kemudian aku sedih melihat Pak Dede yang diperlakukan layaknya ajing yang menjijikan. Ia dilempar dari kampung,bajunya dibuang berserakan,anak-anaknya dicaci maki,istrinya diberi darah dari ikan,malah ada warga yang tidak percaya kemudian nekat mengencinginya di depan warga. Tak tahu malu,warga ini. Mengapa mereka percaya kekuatan duku gaib,yang tidak je;as juntrungannya. Diberi akal untuk dipakai dengan nalar malah dipakai nafsu setan yang membabi buta untuk menghakimi orang yang tidak bersalah. Dalam hati akupun turut merasa bersalah. Lagipula,aku tidak berpikir sejauh ini setauku belum ada warga desa dan kampung yang mempunnya gelagat dan sikap seperti yang aku sebutkan yang lalu-lalu. Pak Dede masih suka menghaburkan uang kok dengan membeli uang lama untuk dikoleksi. Malam hari nya,aku menghampiri dukun edan itu "HEH,dukun tak tahu malu! Kamu,kira aku bisa didikte dengan gampang aku tau jawabannya. Aku ini juga tidak tau jawabannya,wong edan. Kenapa kamu bisa menuduh itu ha..? Analisis bodoh,kupikir di kampung ini tak ada yang seperti itu mengapa tak kau tannya dulu ke aku jawabannya. Aku tidak tau siapa pecurinya cepat minta maaf atauu kalo tidak.." TSAAAAHH,suara tusukan pisau dari arah belakang. Yang menusuk adalah orang dengan kulit gelap,rambut gondrong dan tato disana sini. Dibelakangnya ada Pak Dede,orang itu berkata pada Pak Dede "Kerja beres pak,akan saya bereskan agar tidak ada satupun yang tau tugas selanjutnya akan saya laksanakan dengan rapi" Pak Dede menjawab dengan berbisik "Bagus le kerjamu,laksanakan dengan rapi jangan sampai ada tau. Mencari masalah dengan aku tanpa bukti sama seperti menusuk pisau ke diri sendiri" . Absurd sekali dunia ini batinku dalam hati sambil meninggalkan ketiga polah anak adam itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar